Puasa adalah rukun Islam keempat setelah dua syahadat, salat dan zakat. Walau menempati urutan nomor dua terakhir, puasa memiliki keistimewaan. Di antara keistimewaan ini ialah ujian kesabaran. Walaupun merasa begitu lapar, makanan tersedia, dan tidak ada orang yang melihat, kita tetap sabar dan bertahan. Dari sinilah Nabi SAW bersabda, “Puasa itu separuh kesabaran.”
Sementara itu, Al-Quran menegaskan bahwa orang-orang yang bersabar akan diganjar dengan balasan tanpa batas.”
Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman mengenai orang-orang yang berpuasa, “Dia meninggalkan syahwatnya, makanannya dan minumannya karena Aku. Maka puasa adalah milikKu dan Aku yang langsung memberikan pahalanya.”
Sungguh betapa mulianya orang yang berpuasa. Betapa sempurna kehambaan dan kepatuhannya kepada Allah. Betapa tidak, dia bertahan untuk tidak mendekati suami atau istrinya guna memenuhi kebutuhan biologisnya, tidak juga makan dan minum yang merupakan hajat hidupnya. Semua ini dilakukan karena Allah semata.
Tidak hanya itu. Dalam sebuah hadits yang lain, Rasul menyebut puasa sebagai amal kepasturan yang disisakan dalam Islam. Praktek kepasturan ialah tradisi untuk menyiksa diri, dengan tidak menyalurkan hasrat dan kebutuhan manusiawi. Misalnya, tidak makan, tidak minum, dan tidak menikah. Islam telah membatalkan tradisi kepasturan secara permanen. Nabi, misalnya, mengecam orang yang tidak menikah, padahal dia mampu untuk itu.
Namun, Islam masih mensyariatkan dua amal yang di dalamnya terdapat unsur kepasturan, yaitu puasa dan haji. Haji disebut-sebut sebagai amal kepasturan karena selama berhaji orang dilarang menikah dan berhubungan intim. Ia juga dilarang memakai wewangian, bercukur, mencabut bulu, ataupun melakukan halhal yang menyebabkan rontoknya bulu dari tubuh.
Adapun puasa, ia sangat jelas sisi kepasturannya. Orang yang berpuasa akan menahan diri dari makan, minum dan hasrat seksualnya, hal-hal yang menjadi kebutuhan dirinya. Dengan berpuasa, orang tidak mematikan nafsunya, namun hanya mengendalikannya untuk sementara waktu. Puasa ala Islam memang didisain oleh Allah untuk tidak menghilangkan kemanusiaan kita, untuk tidak membuat kita binasa, dan tidak pula untuk memaksa kita berbuat di luar kemampuan.
Sekalipun demikian, puasa tetap saja amal yang tidak mudah karena dia merupakan usaha melawan hasrat dan nafsu, serta bertentangan dengan kebutuhan kita. Karena tidak mudah, maka jelaslah bahwa pahala yang dijanjikan sangat besar, karena setiap pahala diberikan menurut kadar jerih-payah yang ditempuh seseorang.
Mulai Subuh
Puasa dalam Islam dirancang tidak untuk menyiksa orang hingga melampaui batas kemampuan dan sekali-kali tidak pula untuk membuat orang menjadi mati atau sakit. Syariat puasa hanya diwajibkan sehari saja, tidak sehari semalam. Persisnya sejak terbitnya fajar subuh hingga tenggelamnya matahari atau datangnya waktu maghrib. Allah SWT berfirman: Artinya: “Makan dan minumlah kalian sampai jelas bagi kalian benang putih dari benang hitam berupa fajar kemudian sempurnakanlah puasa sampai malam.”
Jadi, begitu waktu subuh tiba, seorang muslim harus memulai amal ibadah puasanya. Dia tidak boleh makan, minum, berhubungan intim dengan istri atau suami. Dia juga dilarang muntah secara sengaja. Tidak memasukkan sesuatu ke dalam lubang di tubuhnya, apakah itu tenggorokan, hidung, telinga maupun kemaluan dan dubur.
Puasa harus didahului dengan niat. Kewajiban niat itu adalah di dalam hati sebelum subuh. Boleh setelah makan sahur, boleh setelah salat isya’, atau setelah salat maghrib. Waktunya memang cukup panjang, yaitu setelah tenggelamnya matahari hingga sebelum fajar. Jelasnya, niat berpuasa wajib dilakukan sebelum subuh. Sabda Nabi SAW, “Tidak sah puasa seseorang yang tidak menginapkan (niat) puasanya.” Nah, perlu kita ingat selalu, jangan sampai terlanjur datang waktu subuh sedang kita belum berniat karena itu akan menyebabkan puasa tidak sah.
Untuk kesempurnaan puasa, maka hendaknya kita menjalani semua etika berpuasa dan menghindarkan seluruh bagian tubuh kita dari perbuatan dosa. Mata, telinga, lisan, kakitangan dan yang lain harus dijauhkan dari setiap perbuatan dosa. Orang yang berpuasa tidak boleh melakukan ghibah, berkata bohong, mengadu domba, fitnah dan sebagainya.
Perut hendaknya tidak diisi dengan makanan dan minuman haram setelah maghrib tiba. AI- Ghazali mengibaratkan hal ini tak ubahnya bagai orang yang membangun sebuah istana lalu meluluh-lantakkan seluruh kota. Rasulullah SAW. bersabda (yang artinya): “Berapa banyak orang yang berpuasa dia tidak mendapatkan apapun dari puasanya selain lapar dan dahaga saja”.
Sunnah
Guna lebih menyempurnakan ibadah puasa Anda, maka Anda dapat melengkapinya dengan amal-amal sunnah berikut ini. Pertama, melakukan kegiatan keilmuan (menggelar dan mengikuti pengajian), memperbanyak zikir, salawat pada Nabi SAW. membaca Al-Quran dan salat sunnah. khususnya salat tarawih dan salat malam lainnya (tahajud). Ibadahibadah ini hendaknya dilakukan baik pada siang, maupun malam hari bulan Ramadhan. Dalam hadits disebutkan, setiap bulan Ramadhan malaikat Jibril menjumpai Nabi SAW dan beliau mendaras atau membaca Al-Quran di hadapannya.
Kedua, beri’tikaf di masjid, khususnya pada io malam terakhir bulan Ramadhan. I’tikaf dapat menjauhkan kita dari perbuatan munkar. Siapa tahu, malam ketika kita beri’tikaf ternyata bertepatan dengan malam lailatul qadar.
Ketiga, makan sahur, yaitu makan atau minum pada waktu menjelang subuh. Memang ini tidak wajib, bukan pula mubah, tapi sunnah. Tujuannya ialah, supaya Anda lebih kuat dalam berpuasa. Sahur dianjurkan dilakukan mendekati waktu subuh agar membantu daya-tahan kita. Semua kegiatan seperti makan, minum dan yang lain hendaknya sudah kita akhiri saat datangnya imsak.
Ketika dalam keadaan junub, sebaiknya Anda segera mandi sebelum subuh tiba. Tujuannya supaya Anda berada dalam kondisi suci ketika berpuasa guna menghindari pendapat yang mengatakan, junub saat berpuasa membatalkan puasa. Selain itu, guna menghindari masuknya air ke dalam lubang (kuping) yang dapat membatalkan puasa, bila mandi besar ini dikerjakan setelah subuh.
Berbuka
Kalau makan sahur disunnahkan diakhirkan, maka berbuka disunnahkan untuk disegerakan. Jadi begitu waktu maghrib tiba, dan Anda sudah yakin mengenai tibanya waktu maghrib tersebut, segeralah berbuka walau hanya dengan seteguk air. Jadi, batalkan puasa Anda lebih dahulu sebelum melakukan salat maghrib.
Dalam berbuka disunnahkan untuk makan korma segar, atau korma kering, buah-buahan, sesuatu yang manis, atau bahkan air.
Memberi makan orang yang sedang berpuasa juga dijanjikan Allah dengan pahala yang sangat besar. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa memberi buka pada seorang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tersebut. Meski begitu, pahala si berpuasa tidak berkurang sedikit pun.”
Memberi kelapangan kepada keluarga dan berbuat baik kepada kerabat, memperbanyak sadaqah kepada kaum fakir miskin adalah amalan sunnah lain yang dianjurkan selama bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadits dituturkan, “Nabi SAW adalah orang yang paling dermawan. Lebih hebat lagi kedermawanan beliau di bulan Ramadhan ketika beliau ditemui oleh malaikat Jibril ”
Sumber : Majalah Cahaya Nabawiy No. 86 Sya’ban 1431 H