Siapa mereka para Wali Allah

 

اَلاَ اِنَّ اَوْلِيَآءَ اللهُ لاَخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَ نُوْنِ

“Sesungguhnya para wali Allah itdak merasa takut dan bersedih”
 

Ayat diatas telah menerangkan bahwa mereka adalah kekasih – kekasih Allah. Yang taat dan setia pada ajaran Baginda Nabi Muhammad SAW dalam keadaan diam maupun gerak. Mereka adalah penerus, pewaris Rasulullah SAW. Mereka menghabiskan umur mereka mengabdi kepada Allah & Rasulnya. Siang maupun malam, hidup mereka belajar dan mengajar, beramal dan mengamalkan apa – apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

            Mereka tak mengenal lelah mencari ridho Allah SWT berperang pada diri mereka sendiri dari ganguan nafsu dunia didalam kesenangan – kesenangannya, lezat – kelezatannya karena seorang penyair mengucapkan: 

 

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبُّهُ

“Barang siapa mengenal dirinya mengenal Tuhannya”

 
 

Mereka membawa diri – diri mereka, hari demi hari untuk mengenal Allah SWT. Ada diantara mereka yang menangis sampai mengeluarkan darah. Ada pula yang bengkak kaki – kaki mereka, beribadah kepada Allah SWT. Ada pula sebagian dari mereka tak sempat tidur dan menikmati lezatnya makanan, karena asiknya bercumbu kasih dengan Allah SWT. Kadang diantara mereka berjalan berkilo – kilo dari kota ke kota, Negara ke Negara mensyiarkan agama Allah AWT. Mereka tak mengenal waktu hati mereka sibuk mengingat Allah SWT. Menjaga amanat Rasulullah SAW dan mengenalkan kepada umat Rasullah tentang Allah dan Rasullnya.

 

            Para Wali – Wali Allah tak takut ancaman yang terjadi padanya, kecuali yang telah digariskan didalam ajaran Al – Qur’an.

 

Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad:

 

وَهُمْ نُوْرُالْدُنْيَا وَاْلاَخِرَهْ

“Mereka cahaya dunia dan akhirat”

 
 

Maksudnya mereka adalah penerang hati – hati manusia yang gelap dan jauh dari Allah SWT. Oleh karena itu Al Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al Habsyi mengatakan:

 

مَنْ دَخَلَ فِنَا هُمْ لاَ يَخَافْ لاَبَخَافْ

“Barang siapa yang memasuki rombongan mereka tak akan merasakan takut”

 
 

Maksudnya:

 

            Mengikuti jejak – jejak mereka dan membaca apa yang mereka baca, mencintai apa yang mereka cintai, mengikuti apa yang mereka kerjakan.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

وَلاَ تَحْسَـَبنَّ الَّذِيْنَ قُـتِلُوْا فِيْ سَـبِيْلِ اللهِ اَمْوَتًا  بَلْ اَحْيَآءٌ عِنْدَ رَ بِّـهِمْ يُرْزَقُوْنَ 

{ ال عمران .۱٦۹  }

Janganlah kamu mengira para wali Allah itu mat, bahka merka itu hidup  disisi-Nya dengan mendapat rezeki..”

 
 

Firman diatas menyerukan mereka karena mereka beristiqomah (prinsif) dengan ajaran Allah dan Rasulnya, tidak mudah berubah hati mereka dengan bisikan syeiton yang datangnya dari jin maupun dari manusia.

 

Keimanan mereka tak mudah dilunturkan dengan harta dan tahta. Kehidupan mereka penuh dengan kelembutan, kasih sayang, menyebarkan senyum dan merendah diri kepada sesama mahluk Allah SWT. Hati mereka tidak sombong, bangga diri, riya’, saling menghasut (mencaci maki). Kehidupan mereka memilih mengasingkan diri dari keramaian didalam beramal soleh.

 

Hidup mereaka gembira, senang bila melihat saudaranya gembira yang mambantu ajaran Rasulullah SAW.

 

Maka Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad mengucapkan dalam syairnya:

 

رَبِّ فَانْفَعْنَا بِبَرَكَتِهِمْ وَاهْدِنَاالْحُسْنَى بِحُرْمَتِهِمْ

وَاَمِتْنَافِي طَرِيْقَتِهِمْ وَمُعَافَاةٍمِنَ الْفِتَنِ

“Ya Allah berilah kami keberkahan mereka dan berilah hidayah seperti hidayah mereka”, matikan dijalan mereka dan maafkanlah kami dari setiap ujian – ujian yang kurang ikhlas kami terima”.

http://nurulmusthofa.org